BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
SLE merupakan kondisi inflamasi
yang berhubungan dengan sistem imunologi yang dapat menyebabkan kerusakan multi
organ. Lupus Eritematosus didefinisikan sebagai gangguan autoimun, dimana
sistem tubuh menyerang jaringannya sendiri. SLE tergolong penyakit kolagen-vaskular
yaitu suatu kelompok penyakit yang melibatkan sistem muskuloskeletal,kulit,dan
pembuluh darah yang mempunyai banyak manifestasi klinik sehingga diperlukan
pengobatan yang kompleks. Tingkat SLE sangat bervariasi antar negara, etnis,
usia, gender, dan perubahan dari waktu ke waktu. Penyakit ini terjadi sembilan
kali lebih sering pada wanita dibandingkan pria, terutama pada wanita di usia
melahirkan anak tahun 15 sampai 35.
Penyebab SLE masih
belum diketahui. Ada sedikit keraguan bahwa penyakit ini diperantarai oleh
respons imun abnormal yang berkaitan dengan adanya berbagai antibodi dan
kompleks imun di dalam plasma yang menyebabkan efek-efek patologik yang
terlihat pada lupus eritematosus. Penyebab respons ini banyak diyakini akibat
autoimun, meskipun terdapat bukti adanya pengaruh virus dan genetik. Etiologi
lain yang diduga dapat menyebabkan SLE antara lain induksi obat, genetik, dan
virus.
1.2
Rumusan Masalah
·
Apa yang dimaksud SLE itu?
·
Bagaimana bisa terjadi penyakit SLE?
·
Apa itu yang dimaksud askep pada
penyakit SLE itu ?
1.3
Tujuan Penulisan
·
Untuk mengetahui penyakit SLE!
·
Untuk mengetahui bagaimana
patofisiologi, etilogi,klasifikasi,menifestsi klinis, penatalaksanaan terapi
pada penyakit SLE!
·
Untuk mengetahui askep pada penyakit SLE!
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Lupus eritematosus sistemik merupakan penyakit autoimun
yang ditandai dengan produksi antibodi terhadap komponen-komponen inti sel yang
berhubungan dengan manifestasi klinis yang luas. Sembilan puluh persen kasus
lupus eritematosus sistemik menyerang wanita muda dengan insiden puncak pada
usia 15-40 tahun selama masa reproduktif dengan rasio wanita dan laki-laki 5:1.
Manifestasi klinis yang muncul heterogen dan hampir melibatkan semua sistim
organ dari kondisi sendi dan kulit yang ringan sampai pasien dengan penyakit
berat yang menyerang sistim saraf pusat, paru, saluran pencernaan, dan ginjal.
Penanganan terutama ditujukan untuk mengontrol serangan gejala yang akut dan
berat dan menekan gejala pada tingkat yang bisa ditoleransi dan mencegah
kerusakan organ.
2.2 Etiologi
Hingga kini faktor yang
merangsangkan sistem pertahanan diri untuk menjadi tidak normal belum
diketahui. Ada kemungkinan faktor genetik, kuman virus, sinaran ultraviolet,
dan obat-obatan tertentu memainkan peranan. Penyakit Sistemik Lupus
Erythematosus (SLE) ini lebih sering ditemui pada kaum wanita,hal ini
menunjukkan bahwa hormon yang terdapat pada wanita mempunyai peranan besar.
Penyakit
Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) bukanlah suatu penyakit keturunan. Walau
bagaimanapun, mewarisi gabungan gen tertentu meningkatkan lagi risiko seseorang
itu mengidap penyakit Sistemik Lupus.
2.3 Patofisiologi
Penyakit
sistemik lupus eritamatosus (SLE) tampaknya terjadi akibat terganggu regulsi
kekebalan yang menyebabkna peningkatan auto antibody yang berlebihan. Gangguan
inmunoregulasi ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik,
hormonal
(sebagaimana terbukti oleh awitan
penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya
matahari, luka bakar termal). Obat-obat tertentu seperti hidralazin (
apresoline) prokainamid (pronestiy), isoniyazid, klormomazin dan beberapa
preparad anti konvulsan disamping makanan seperti kecambah alfalfa turut
terlibat dalam penyakit SLE akibat
senyawa kimia atau obat-obatan.
Pada
SLE, peningkatan prokdusi auto anti body diperkiran terjadi akibat fungsi sel
T/ supresol yang abdnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan
kerusakan jaringan. Inflamasi akan menstimulasi atigen yang selanjutnya merangsang
antibody tambahan, dan siklus tersebut berulang kembali.
2.4 Klasifikasi
Ada 3 jenis penyakit Lupus yang dikenal yaitu:
1. Discoid Lupus, yang juga dikenal sebagai
Cutaneus Lupus, yaitu penyakit Lupus yang menyerang kulit.
2.
Systemics Lupus, penyakit Lupus yang menyerang kebanyakan system di dalam
tubuh, seperti kulit, sendi, darah, paru-paru, ginjal, hati, otak, dan system
saraf. Selanjutnya kita singkat dengan SLE (Systemics Lupus Erythematosus).
3. Drug-Induced, penyakit Lupus yang timbul
setelah penggunaan obat tertentu. Gejala-gejalanya biasanya menghilang setelah
pemakaian obat dihentikan.
SLE dapat bersifat perlahan-lahan
dan tidak jelas atau akut .karna alasan inilah, penderita SLE mungkin tidak
terdiagnosis selama bertahun-tahun. Gambaran klinis SLE meliputi lebih dari
satu sistem tubuh. Sistem muskoskleletal terlibat dengan gejala altragia dan
alraritis (sinovitis) yang merupakan gambaran yang sering ditemukan dipenyakit
SLE. Pembengkan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak merupakan gejala yang sering terdapat dan
akan disertai dengan rasa kaku dipagi hari.
Beberapa manifes kulit yang berbeda
dapat terjadi pada penyakit SLE, manifestasi ini mencakup lupus eritamatosus
kutan subakut (SCLE, Subacutecutaneus lupus erythemstosus) dan eritamasus
diskoid. Maniftasi kulit yang paling dikenal (tetapi frekuensinya kurang dari
50% dari pasien) adalah lesi akut yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu
yang melintal pangkal hidung dan pipi. Gambaran ini mungkin merupakan
satu-sartunya kelainan kulit pada sebagian kasus lupus eirtamatosus (diskoid).
Pada sebagia pasien, gangguan awal pada kulit menjadi ferkusor untuk terjadinya
gangguan yang bersifat sistemik. Lesi sering memburuk pada saat eksaserbasi
(flares)penyakit sistemik dan dapat dipicu oleh cahaya matahari atau sinar ulta
violet artipisial.
Ulkus oral dapat mengenai mukosa
pipi atau palatul durum. Ulkus ini terbentuk di mana-mana serta sering dengan e
dan mungkin disertai lesi kulit. Peri karditis merupakan manifestasi kardiak
yang paling ring ditemukan dan terjadi pada sampai 30% Kelainan ini mungkin
pasien asimtomatik dan sering disertai dengan efusi pleura. Gangguan paru dan
pleura terjadi pada 20% hingga 40% pasien; gangguan ini paling sering
dimanifestasikan dalam bentuk pleuritis atau efusi pleura Sistem vaskuler dapat
terlibat dengan proses inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan
lesi papuler eritematous dan purpura. Semua lesi ini dapat timbul pada ujung
jari tangan, siku, jari kaki serta permukaan eksten sor lengan bawah atau sisi
lateral tangan dan dapat berlanjut menjadi nekrosis Limfadenopati terjadi pada
50% dari seluruh pasien SLE pada waktu tertentu selama perjalanan penyakit
tersebut. Gangguan renal terdapat pada sekitar 52% penderita SLE, dan
glomerulus renal merupakan bagian yang biasanya terkena. Derajat kerusakan ginjal menun
jukkan apakah gangguan r akan bersifat reversibel. Gambaran neuropsikiatrik
yang bervariasi dan fre kuen pada SLE kini sudah lebih banyak dikenali. Gam
baran ini umumnya diperlihatkan oleh perubahan yang tidak jelas pada pola
perilaku atau kemampuan kognitif. Spektrum gangguan sistem saraf pusat sangat
luas dan mencakup seluruh bentuk penyakit neurologik. Sering terjadi depresi
dan psikosis.
2.6
Penatalaksanaan Terapi
·
Kortikosteroid
(prednison 1-2 mg/kg/hr s/d 6 bulan postpartum) (metilprednisolon 1000 mg/24jam
dengan pulse steroid th/ selama 3 hr, jika membaik dilakukan tapering off).
·
AINS
(Aspirin 80 mg/hr sampai 2 minggu sebelum TP).
·
Imunosupresan
(Azethiprine 2-3 mg/kg per oral).
·
Siklofospamid, diberikan pada kasus yang
mengancam jiwa 700-1000 mg/m luas permukaan tubuh, bersama dengan steroid
selama 3 bulan setiap 3 minggu.
BAB III
Asuhan Keperawatan Pada Pasien SLE
3.1 Pengkajian
1. Identitas
Klien
Meliputi :
Nama :
Jenis kelamin :
Pendidikan :
Agama :
Pekerjaan :
Status Perkawinan :
Suku :
Alamat :
Nama P. Jawab :
2. Riwayat
Kesehatan
Ø Kesehatan
Utama : Pada SLE (
sistemik lupus eritematosus ) kelainan kulit meliputi eritema malar ( pipi )
ras seperti kupu-kupu, yang dapat mengenai seluruh tubuh, sebelumnya pasien
mengeluh demam dan kelelahan.
Ø Riwayat
Kesehatan Sekarang : Pada penderita SLE, di duga adanya riwayat penyakit
anemia hemolitik, trombositopeni, abortus spontan yang unik. Kelainan pada
proses pembekuan darah ( kemungkinan sindroma, antibody, antikardiolipin ).
Ø Riwayat
Kesehatan Dahulu` :
Ø Riwayat
Kesehatan Keluarga : Faktor
genetik keluarga yang mempunyai kepekaan genetik sehingga cenderung memproduksi
auto antibody tertentu sehingga keluarga mempunyai resiko tinggi terjadinya
lupus eritematosus.
3. Pemeriksaan
Head to Toe
Ø Kulit
Terdapat ruam eritematous, plak
eritematous pada kulit kepala, muka atau leher.
Ø Kepala
Pada penderita SLE mengalami lesi pada kulit kepala
dan kerontokan yang sifatnya reversibel dan rambut yang hilang akan tumbuh
kembali.
Ø Muka
Pada penderita SLE lesi tidak selalu terdapat pada
muka/wajah
Ø Telinga
Pada penderita SLE tidak selalu
ditemukan lesi di telinga.
Ø Mulut
Pada penderita SLE sekitar 20%
terdapat lesi mukosa mulut.
Ø Paru – paru
Penderita SLE mengalami pleurisy,
pleural effusion, pneumonitis, interstilsiel fibrosis.
Ø Leher
Penderita SLE tiroidnya mengalami
abnormal, hyperparathyroidisme, intolerance glukosa.
Ø Jantung
Penderita SLE dapat mengalami
perikarditis, myokarditis,
endokarditis, vaskulitis.
Ø Gastro
intestinal
Penderita SLE mengalami hepatomegaly
/ pembesaran hepar, nyeri pada perut.
Ø Kardiovaskuler
Lesi eritematous papuler dan
purpura yang menjadi nekrosis menunjukkan gangguan vaskuler terjadi di ujung
jari tangan, siku, jari kaki dan permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi
lateral tanga
Ø Sistem Muskuloskeletal
Pembengkakan sendi, nyeri tekan
dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku pada pagi hari
Ø Sistem integumen
Lesi pada kulit yang terdiri atas
ruam berbentuk kupu-kupu yang melintang pangkal hidung serta pipi. Ulkus oral
dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum.
Ø Sistem pernafasan
Pleuritis atau efusi pleura.
Ø Sistem vaskuler
Inflamasi pada arteriole
terminalis yang menimbulkan lesi papuler, eritematous dan purpura di ujung jari
kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral
tangan dan berlanjut nekrosis.
Ø Sistem Renal
Terdapat Edema dan hematuria pada
area tubuh.
Ø Sistem saraf
Sering terjadi depresi dan
psikosis, juga serangan kejang-kejang, korea ataupun manifestasi SSP lainnya.
3.2
Diagnosa
1.ketidakefektifan
pola nafas berhubungan dengan deformitas dinding dada.
2. Resiko Ketidakefektifan
perfusi jaringan otak berhubungan dengan Infark Miokardium
3.Resiko kerusakan integritas
jaringan berhubungan dengan gangguan sirkulasi
4.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kebugaran fisik.