Sabtu, 12 Januari 2019

Perjalanan Klasik Wisata Provinsi Padang

PROVINSI PADANG
Padang---> Bukan Bahasa jawa ya bro, Tapi Provinsi padang lebih tepatnya. Perjalanan Klasik yang Pertama untuk keluar provinsi bersama mamas ganteng dan Bro vega black.
Disini Kalian Akan melihat berbagai tempat wisata alam yang sangat indah dan menarik untuk di kunjungi dan tidak kalah menariknya wisata yang di buat oleh manusia sangat menarik juga tentunya..
INI KELOK 9 
Sungguh menawan Bro untuk kita kunjungi, kalian dapat melihat berbagai jenis kendaraan yang melintas jika kalian sudah berada di atas atau titik akhir keloknya bro.
Taman Nasional yang berada di Kota Bukit tinggi
Kalau taman ini Buatan manusia bro, tapi tidak kalah bro di wilayah taman nasional ini kalian dapat menikmati juga yang nama nya JAM GADANG BRO
INI JAM GADANG
Jangan salah fokus ya bro ke Mamas Ganteng, soal nya hanya dia tu yang ada foto ter nya, kalau saya sendiri tidak dapet momen yang pas, heheehe. Kalo mau kenalan sama Mamas Ganteng Bisa loh Terus pantau blog kita pasti akan ada dia lagi. hehe
MASJID SUMATERA BARAT
Masjid salah satu ICON Kota Padang, sunggu luar biasa arsisteknya bro gak nyesel deh kalo kalian pergi ke sini untuk mampir shalat dan berfoto karena pemandangan di sekeliling masjid sunguh menawan. Kalau kita bukan masalah pemandangan tapi masalah kamera bro, maklum kamera hp hehe.
PANTAI KOTA PADANG
Kalian disini dapat bermimpi melihat negara lain seberapa jauhnya, karena disini kalian akan menemukan petunjuk arahnya bro.. Kalo kita fotonya gak mendukung bro tapi asli deh pantai ini Bersih dan Nyaman sungguh saya akui untuk pemerintahan dinas kebersihan nya SUPER sekali bro. 
MUSEUM
Mesuem ini memiliki taman yang bagus untuk berfoto bro, kita tidak tau isi dalamnya karena kita tidak berkesempatan masuk, berhubung terlalu pagi perginya dan mencari biaya tiket gratis kan hitung-hitung menghemat bro hehee.

PANTAI MALING KUNDANG
Pantai ini aneh bro kalian bisa menyeberang kepulau dekat pantai pada pukul 09-16 karena pantai tersebut airnya surut dan kita bisa berjalan saja untuk pergi ke pulau nya.. ada bener bro batu maling kundang nya  broo.
PANTAI CAROCOK PAINAN


Selain pantai disini banyak tempat untuk mengambil foto broo, sungguh pantai yang elok bro pemandangan alam nya sekitar dan bawah lautnya bro.
AIR TERJUN PINGGIR JALAN
Kami menyebutnya air terjun pinggir jalan, karena wilayah air terjun tersebut beradaa di tepi jalan raya yang kita lalui bro, TAPI agak sedikit mistis ya bro hehe.

Semua yang berada di atas merupakan beberapa wisata yang ada di provinsi PADANG bro, dan masih banyak lagi tempat-tempat yang indah nan menyejukkan hati yang belum sempat kami kunjungi, asli deh kalian gak kan rugi mengeluarkan uang untuk berlibur atau traveling mengukir cerita----->>>> Nantikan Perjalanan Klasik yang selanjutnya ya broo dengan tempat-tempat  indah dan menyejukkan hati... BYE...BYE..BYE 

Rabu, 05 September 2018

Asuhan Keperawatan Pada Pasien SLE


Hasil gambar untuk SLE
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
SLE merupakan kondisi inflamasi yang berhubungan dengan sistem imunologi yang dapat menyebabkan kerusakan multi organ. Lupus Eritematosus didefinisikan sebagai gangguan autoimun, dimana sistem tubuh menyerang jaringannya sendiri. SLE tergolong penyakit kolagen-vaskular yaitu suatu kelompok penyakit yang melibatkan sistem muskuloskeletal,kulit,dan pembuluh darah yang mempunyai banyak manifestasi klinik sehingga diperlukan pengobatan yang kompleks. Tingkat SLE sangat bervariasi antar negara, etnis, usia, gender, dan perubahan dari waktu ke waktu. Penyakit ini terjadi sembilan kali lebih sering pada wanita dibandingkan pria, terutama pada wanita di usia melahirkan anak tahun 15 sampai 35.
Penyebab SLE masih belum diketahui. Ada sedikit keraguan bahwa penyakit ini diperantarai oleh respons imun abnormal yang berkaitan dengan adanya berbagai antibodi dan kompleks imun di dalam plasma yang menyebabkan efek-efek patologik yang terlihat pada lupus eritematosus. Penyebab respons ini banyak diyakini akibat autoimun, meskipun terdapat bukti adanya pengaruh virus dan genetik. Etiologi lain yang diduga dapat menyebabkan SLE antara lain induksi obat, genetik, dan virus.
1.2 Rumusan Masalah
·         Apa yang dimaksud  SLE itu?
·         Bagaimana bisa terjadi penyakit SLE?
·         Apa itu yang dimaksud askep pada penyakit SLE itu ?

1.3 Tujuan Penulisan
·         Untuk mengetahui  penyakit  SLE!
·         Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi, etilogi,klasifikasi,menifestsi klinis, penatalaksanaan terapi pada penyakit SLE!
·         Untuk mengetahui askep pada penyakit SLE!

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian

            Lupus eritematosus sistemik merupakan penyakit autoimun yang ditandai dengan produksi antibodi terhadap komponen-komponen inti sel yang berhubungan dengan manifestasi klinis yang luas. Sembilan puluh persen kasus lupus eritematosus sistemik menyerang wanita muda dengan insiden puncak pada usia 15-40 tahun selama masa reproduktif dengan rasio wanita dan laki-laki 5:1. Manifestasi klinis yang muncul heterogen dan hampir melibatkan semua sistim organ dari kondisi sendi dan kulit yang ringan sampai pasien dengan penyakit berat yang menyerang sistim saraf pusat, paru, saluran pencernaan, dan ginjal. Penanganan terutama ditujukan untuk mengontrol serangan gejala yang akut dan berat dan menekan gejala pada tingkat yang bisa ditoleransi dan mencegah kerusakan organ.
2.2 Etiologi
Hingga kini faktor yang merangsangkan sistem pertahanan diri untuk menjadi tidak normal belum diketahui. Ada kemungkinan faktor genetik, kuman virus, sinaran ultraviolet, dan obat-obatan tertentu memainkan peranan. Penyakit Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) ini lebih sering ditemui pada kaum wanita,hal ini menunjukkan bahwa hormon yang terdapat pada wanita mempunyai peranan besar.
Penyakit Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) bukanlah suatu penyakit keturunan. Walau bagaimanapun, mewarisi gabungan gen tertentu meningkatkan lagi risiko seseorang itu mengidap penyakit Sistemik Lupus.
2.3  Patofisiologi
            Penyakit sistemik lupus eritamatosus (SLE) tampaknya terjadi akibat terganggu regulsi kekebalan yang menyebabkna peningkatan auto antibody yang berlebihan. Gangguan inmunoregulasi ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal
(sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal). Obat-obat tertentu seperti hidralazin ( apresoline) prokainamid (pronestiy), isoniyazid, klormomazin dan beberapa preparad anti konvulsan disamping makanan seperti kecambah alfalfa turut terlibat dalam penyakit SLE   akibat senyawa kimia atau obat-obatan.
            Pada SLE, peningkatan prokdusi auto anti body diperkiran terjadi akibat fungsi sel T/ supresol yang abdnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan kerusakan jaringan. Inflamasi akan menstimulasi atigen yang selanjutnya merangsang antibody tambahan, dan siklus tersebut berulang kembali.

2.4 Klasifikasi
 Ada 3 jenis penyakit Lupus yang dikenal yaitu:
 1. Discoid Lupus, yang juga dikenal sebagai Cutaneus Lupus, yaitu penyakit Lupus yang menyerang kulit.
2. Systemics Lupus, penyakit Lupus yang menyerang kebanyakan system di dalam tubuh, seperti kulit, sendi, darah, paru-paru, ginjal, hati, otak, dan system saraf. Selanjutnya kita singkat dengan SLE (Systemics Lupus Erythematosus).
 3. Drug-Induced, penyakit Lupus yang timbul setelah penggunaan obat tertentu. Gejala-gejalanya biasanya menghilang setelah pemakaian obat dihentikan.
2.4  Manifestasi klinis
            SLE dapat bersifat perlahan-lahan dan tidak jelas atau akut .karna alasan inilah, penderita SLE mungkin tidak terdiagnosis selama bertahun-tahun. Gambaran klinis SLE meliputi lebih dari satu sistem tubuh. Sistem muskoskleletal terlibat dengan gejala altragia dan alraritis (sinovitis) yang merupakan gambaran yang sering ditemukan dipenyakit SLE. Pembengkan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak  merupakan gejala yang sering terdapat dan akan disertai dengan rasa kaku dipagi hari.
            Beberapa manifes kulit yang berbeda dapat terjadi pada penyakit SLE, manifestasi ini mencakup lupus eritamatosus kutan subakut (SCLE, Subacutecutaneus lupus erythemstosus) dan eritamasus diskoid. Maniftasi kulit yang paling dikenal (tetapi frekuensinya kurang dari 50% dari pasien) adalah lesi akut yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang melintal pangkal hidung dan pipi. Gambaran ini mungkin merupakan satu-sartunya kelainan kulit pada sebagian kasus lupus eirtamatosus (diskoid). Pada sebagia pasien, gangguan awal pada kulit menjadi ferkusor untuk terjadinya gangguan yang bersifat sistemik. Lesi sering memburuk pada saat eksaserbasi (flares)penyakit sistemik dan dapat dipicu oleh cahaya matahari atau sinar ulta violet artipisial.
Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatul durum. Ulkus ini terbentuk di mana-mana serta sering dengan e dan mungkin disertai lesi kulit. Peri karditis merupakan manifestasi kardiak yang paling ring ditemukan dan terjadi pada sampai 30% Kelainan ini mungkin pasien asimtomatik dan sering disertai dengan efusi pleura. Gangguan paru dan pleura terjadi pada 20% hingga 40% pasien; gangguan ini paling sering dimanifestasikan dalam bentuk pleuritis atau efusi pleura Sistem vaskuler dapat terlibat dengan proses inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler eritematous dan purpura. Semua lesi ini dapat timbul pada ujung jari tangan, siku, jari kaki serta permukaan eksten sor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan dapat berlanjut menjadi nekrosis Limfadenopati terjadi pada 50% dari seluruh pasien SLE pada waktu tertentu selama perjalanan penyakit tersebut. Gangguan renal terdapat pada sekitar 52% penderita SLE, dan glomerulus renal merupakan bagian yang biasanya terkena. Derajat kerusakan ginjal menun jukkan apakah gangguan r akan bersifat reversibel. Gambaran neuropsikiatrik yang bervariasi dan fre kuen pada SLE kini sudah lebih banyak dikenali. Gam baran ini umumnya diperlihatkan oleh perubahan yang tidak jelas pada pola perilaku atau kemampuan kognitif. Spektrum gangguan sistem saraf pusat sangat luas dan mencakup seluruh bentuk penyakit neurologik. Sering terjadi depresi dan psikosis.

2.6 Penatalaksanaan Terapi
·         Kortikosteroid (prednison 1-2 mg/kg/hr s/d 6 bulan postpartum) (metilprednisolon 1000 mg/24jam dengan pulse steroid th/ selama 3 hr, jika membaik dilakukan tapering off).
·         AINS (Aspirin 80 mg/hr sampai 2 minggu sebelum TP).
·         Imunosupresan (Azethiprine 2-3 mg/kg per oral).
·          Siklofospamid, diberikan pada kasus yang mengancam jiwa 700-1000 mg/m luas permukaan tubuh, bersama dengan steroid selama 3 bulan setiap 3 minggu.



BAB III
Asuhan Keperawatan Pada Pasien SLE

3.1  Pengkajian
1.      Identitas Klien
Meliputi :
Nama                                :
Jenis kelamin                    :
Pendidikan                       :
Agama                              :
Pekerjaan                          :
Status Perkawinan           :
Suku                                 :
Alamat                             :
Nama P. Jawab                :

2.      Riwayat Kesehatan
Ø  Kesehatan Utama                         : Pada SLE ( sistemik lupus eritematosus ) kelainan kulit meliputi eritema malar ( pipi ) ras seperti kupu-kupu, yang dapat mengenai seluruh tubuh, sebelumnya pasien mengeluh demam dan kelelahan.
Ø  Riwayat Kesehatan Sekarang      :  Pada penderita SLE, di duga adanya riwayat penyakit anemia hemolitik, trombositopeni, abortus spontan yang unik. Kelainan pada proses pembekuan darah ( kemungkinan sindroma, antibody, antikardiolipin ).
Ø  Riwayat Kesehatan Dahulu`        :
Ø  Riwayat Kesehatan Keluarga      : Faktor genetik keluarga yang mempunyai kepekaan genetik sehingga cenderung memproduksi auto antibody tertentu sehingga keluarga mempunyai resiko tinggi terjadinya lupus eritematosus.



3.      Pemeriksaan Head to Toe
Ø  Kulit
Terdapat ruam eritematous, plak eritematous pada kulit kepala, muka atau leher.
Ø  Kepala
Pada penderita SLE mengalami lesi pada kulit kepala dan kerontokan yang sifatnya reversibel dan rambut yang hilang akan tumbuh kembali.
Ø  Muka
Pada penderita SLE lesi tidak selalu terdapat pada muka/wajah
Ø  Telinga
Pada penderita SLE tidak selalu ditemukan lesi di telinga.
Ø  Mulut
Pada penderita SLE sekitar 20% terdapat lesi mukosa mulut.
Ø  Paru – paru
Penderita SLE mengalami pleurisy, pleural effusion, pneumonitis, interstilsiel fibrosis.
Ø  Leher
Penderita SLE tiroidnya mengalami abnormal, hyperparathyroidisme, intolerance glukosa.
Ø  Jantung
Penderita SLE dapat mengalami perikarditis, myokarditis,
endokarditis, vaskulitis.
Ø  Gastro intestinal
Penderita SLE mengalami hepatomegaly / pembesaran hepar, nyeri pada perut.
Ø  Kardiovaskuler
Lesi eritematous papuler dan purpura yang menjadi nekrosis menunjukkan gangguan vaskuler terjadi di ujung jari tangan, siku, jari kaki dan permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tanga
Ø  Sistem Muskuloskeletal
Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku pada pagi hari
Ø  Sistem integumen
Lesi pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang melintang pangkal hidung serta pipi. Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum.
Ø  Sistem pernafasan
Pleuritis atau efusi pleura.
Ø  Sistem vaskuler
Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler, eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
Ø  Sistem Renal
Terdapat Edema dan hematuria pada area tubuh.
Ø  Sistem saraf
Sering terjadi depresi dan psikosis, juga serangan kejang-kejang, korea ataupun manifestasi SSP lainnya.

3.2 Diagnosa
       1.ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan deformitas dinding dada.
2. Resiko Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan Infark Miokardium
3.Resiko kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan gangguan sirkulasi  4.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kebugaran fisik.


3.3  Perencanaan

Diagnosa
NOC
NIC
RASIONAL
1.ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan deformitas dinding dada.
Tujuan: inspirasi dan ekpirasi yang adekuat/ ventilasi yang adekuat.
Kriteriaa hasil:
·         Kepatenan jalan nafas
·         Menejemen keparahan asidosis akut
·         Menajemen tingkat kecemasan.
·         Tingkat nyeri
·         Terapi oksigen
·         Penceghan pneumonia
·         Pengurangan kecemasan
·         Monitoring pernafasan
·         Monitor asam-basa
·         Stabilisasi dan membuka jalan nafas
·         Manajemen nyeri
·         Pengaturan posisi
·         Agar tidak terjadi kekurangan oksigen
·         Agar  tidak merasa cemas
·         Mengetahui keadaan pernafasan
·         Mengetahui keadaan asam-basa
·         Agar tidak terjadi kekuarangan oksigen
·         Mengetahui tingkat keparahan nyeri yang dialamai
·         Untuk memberikan posisi nyaman dan agar tidak merasa sesak.
2. Resiko Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan Infark Miokardium.


Tujuan : peningkatkan sirkulasi jaringan otak.
Kriteria Hasil :
·         Koagulasi Darah
·         Keefektifan Pompa Jantung
·         Status Sirkulasi normal
·         Monitor Tanda-tanda Vital
·         Menejemen Resiko Jantung
·         Menejemen Edema Serebral
·         Pencegahan Emboli
·         Pengaturan Hemodinamik
·         Menejemen Tekanan Intra Kranial
·         Kontrol Infeksi
·         Untuk mengetahui kondisi tanda-tanda vital
·         Untuk mengetahui kondisi jantung
·         Mengetahui penyebab edema
·         Untuk mengurangi resiko emboli
·         Mengurangi tekanan intra kranial
·         Untuk mengkontrol keparahan infeksi
3.Resiko kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan gangguan sirkulasi  
Tujuan : pemulihan jaringan integumen.
Kriteria Hasil:
·         Status sirkulasi normal
·         Peningkatan mobilitas fisiologi
·         Pengembalian fungsi sensori
·         Pencegahan keparahan infeksi
·         Perawatan sirkulasi insufisiensi arteri
·         Perawatan sirkulasi insufisiensi vena
·         Perlindungan infekai
·         Identifikasi resiko
·         Perawatan imobilisasi

·         Mengatasi sirkulasi pada arteri dan vena
·         Untuk mencegah terjadinya infeksi
·         Mengkontrol terhadap resiko penyakit
·         Melatih mobilisai tubuh
4.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan  imobilitas.
Tujuan: meningkatkan aktivitas kehidupan sehari-hari.

Kriteria Hasil:
·         Mengurangi tingkat keletihan
·         Meningkatkan kenyamanan
·         Instrumental aktivitas sehari-hari

·         Terapi aktivitas
·         Peningkatan mekanika tubuh
·         Menajemen lingkungan
·         Terapi pergerakan sendi
·         Manajemen nyeri
·         Relaksasi otot progresif
·         Melatih pergerakan aktivitas
·         Meningkatkan daya tahan tubuh
·         Agar membuat lingkungan menjadi nyaman
·         Untuk mengkontrol tingkat nyeri yang di alami

3.4  Implementasi
Implementasai adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah di susun secara matang.

3.5  Evaluasi

Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).



BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
SLE (Sistemisc Lupus Erythematosus) adalah penyakti radang multisistem yang sebabnya belum diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut dan fulminan atau kronik remisi dan eksaserbasi disertai oleh terdapatnya berbagai macam autoantibodi dalam tubuh.
4.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita mahasiswa agar dapat menambah ilmu dan pengetahuan, tetapi penulis menyarankan agar dapat menambah ilmu dari sumber lain dan dapat lebih memahami tentang teori dan asuhan keperawatan pada penderita SLE(Sistemisc Lupus Erythematosus).









Daftar Pustaka
·         Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 2. Jakarta : EGC
·         Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci, Kasper. 2000. Lupus Eritematosus Sistemik. Dalam Harrison : Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC, p: 1835.9.
·         Mok C. C, C S Lau. Pathogenesis of systemic lupus erythematosus. J Clin Pathol 2003;56:481 – 49012.
·         Herdman & Kamitsuru.2015.Diagnosis Keperawatan edisi 10.Jakarta:EGC
·         Gloria Bulecheck,Howard Butcher,Joanne Dochterman,Cheryl Wagner.2016 Nursing Intervensi Classification(NIC)edisi 6. Elsevier Singapore Pte Ltd.
·         Sue Moorhead,Marion Johnson,Meridean Maas,Elizabeth Swanson. 2016 Nursing Outcomes Classification(NOC)edisi 5. Elsevier Singapore Pte Ltd.